Jumat, 22 Februari 2013

sebuah nama sebuah cerita


Wanita itu bernama Senja
Di pelupuknya garis hitam menggenang diantara warna jingga yang menyala
Ketika satu satu lampu kota melumat lelah yang tercecer di sudut sudut gedung menjulang

Wanita itu terluka
Di pipinya segurat warna warni cahaya dari aneka benda bertabrakan dan saling melebur
Ketika gelap mulai melahap bongkahan bongkahan pongah yang berdiri tegap sejak diawal hari

P
ada senyum lelaki itu dia gantungkan sisa detik sebelum hari berganti
Sebelum hidup menghisap habis seluruh kekuatannya untuk tetap terjaga

Pada dada lelaki itu dia rebahkan mimpi mimpi
Tentang hamparan sabana luas .. gunung menjulang .. gumpalan-gumpalan kapas mengambang dan alunan gemericik sungai jernih

Senja ..
Pada cinta mana akan kau percayakan seluruh hidupmu ?
Pada cinta gila yang menguras kesadaran di seluruh jaras jaras syaraf tubuh mu ..
Atau pada cinta setengah terpaksa yang mampu menutup sepersekian kebutuhan duniawi mu ?

Aku tidak punya keduanya
Aku hanya punya cinta sederhana
Sesederhana pertemuan pertemuan singkat kita

Senja ..
Pada lelaki mana akan kau gantungkan harapan harapanmu ?
Pada lelaki tampan yang mati-matian menginginkan segala kemolekan mu ..
Atau pada lelaki terpelajar yang bisa mengangkat harga diri mu ?

Aku bukan keduanya
Aku hanya lelaki apa adanya
Berhartakan udara, langit dan tanah terpijak

Senja ..
Ketika mencintaimu tak lagi sederhana
Dan ketika udara, langit juga tanah tempatku berpijak memintaku memilih
Aku harus pergi

Meninggalkanmu bersama aroma tubuh yang melekat bertahun tahun dilubang hidungku
Bersama rasa cemburu yang sesak mengisi lorong hatiku

Wanita itu tersenyum
Menikmati kecewanya dalam hening